Minggu, 12 Desember 2010

Resident Evil 5 ( Review )

Capcom merelease Resident Evil 5 pada 12 Maret 2009 lalu ( beuh,, jadul booo' )
*biar jadul, tp tetep asik dimainin deh*
Dalam Resident Evil 5 kali ini Anda akan menghadapi zombi-zombi di daerah padang pasir Afrika. Seperti seri-seri sebelumnya, Resident Evil 5 menghadirkan intense combat, unlockable feature plus grafik yang memukau. Namun kalau Anda fans berat seri Resident Evil, maka Resident Evil 5 akan sedikit mengecewakan anda, karena dalam episode kali ini kita akan kehilangan atmosfir klasik dari Resident Evil juga puzle-puzle yang ada di Resident Evil 5, terkesan sangat mudah untuk dipecahkan, kita tidak akan menemui hambatan yang berarti.
Justru musuh-musuh inilah ( zombie ) yang "agak" sulit untuk ditaklukkan......*buat para newbie,,,hehe,,piece*

Story : 8.5
Dalam Resident Evil 5 kali ini Anda akan menghadapi zombi-zombi di daerah padang pasir Afrika. Bila di Resident Evil 4, setting lokasi berada di Spanyol kali ini berpindah ke daerah padang pasir Afrika. Sekali lagi kita akan berperan sebagai Chris Redfield yang akan dibantu oleh Sheva Alomar seorang agen Bioterrorism Security Assesment Alliance ( BSAA ).
Chris dan Sheva ditugaskan oleh BSAA untuk menyelidiki penyebaran bio-chemical weapon di Kijuju ( sebuah kota fiksi ) dan mencari tahu siapa dalang dari semua ini.... *hihihi,,,kyk di pelem2 aja nich,,pake dalang*
Chris sangat bersikeras untuk menyingkap kasus ini karena kasus ini berhubungan dengan partner Chris di masa lalu, Jill Valentine, yang menghilang ketika Chris dan Jill membongkar upaya pengambil alihan kekuasaan Umbrella dan Tricell yang dilakukan oleh Albert Wesker.
Umbrella dan Tricell, kedua perusahaan tsb berhasil menciptakan virus varian baru bernama T-virus ( yang selanjutnya diberi codename Uroboros ).
Sedikit info, ketika Capcom melakukan presentasi Residen Evil 5 ini untuk pertama kali nya, banyak yang menentang game ini untuk direlease, karena mengandung SARA.
Selain itu, tokoh utama dalam game ini hanya Chris Redfield saja. Publik menilai Resident Evil adalah game yang racist. Politik Apartheid mendasari publik menyatakan hal ini.

"White killing black people...."

Orang berkulit putih membantai kaum berkulit hitam ( orang Afrika yang telah menjadi zombie )
Dalam presentasi berikutnya, Capcom menambahkan satu karakter lagi dalam game mereka.
Ya.....Sheva Alomar.....
"Now black people killing each other....you happy ?"
yah, paling tdk itulah yang dinyatakan oleh Capcom saat presentasi.... ^_^


Gameplay : 7
Untuk Control system tidak mengalami perubahan yang berarti dari seri sebelumnya, bila anda sudah terbiasa memainkan seri Resident Evil maka tidak akan mengalami kesulitan lagi dalam memainkan Resident Evil 5 ini.

Tombol control juga masih sama persis dengan seri sebelumnya, lengkap dengan over the-shoulder perspective yang sama.

Kali ini kita bisa memainkan game dengan full co-operatively plus element taktik yang baru, begitu juga ada penambahan dari segi inventory system & senjata yang lebih baik.
Kumpulan senjata yang variatif, dapat di-upgrade pula, paling tidak hal ini bisa menambahkan perasaan "berani" seorang player yang belum terbiasa memainkan game bertipe survival horror.


*jujur, saya sendiri bukanlah penggila Resident Evil, karena saking takutnya sama zombie. tapi setelah mencoba memainkan game ini, dengan perasaan takut2 tp pengen,,,wkwkwkwk,,akhirnya malah saya jadi ketagihan,,bantai zombie sana sini,,ampe' bantai zombie gak pake weapon apapun kecuali pisau,,wkwkwkwk,,hadoooh, malah curhat*


ehhheemm,,,
back to our topic,,,



Resident Evil menghadirkan tipe musuh baru untuk dibantai, Majini atau yang berarti roh jahat dalam bahasa Swahili ( Afrika ). Namun, Majini merupakan perkembangan dari Ganados.

Graphic / Sound : 9
Kualitas grafis dan sound membuat RE 5 layak disebut Resident Evil untuk generasi masa kini. Pujian utamanya bisa disampaikan pada stage-stage penuh variasi yang bisa dijelajahi oleh Chris (tetapi kok beberapa stage terasa agak ‘sempit’ dan terlalu ‘berlorong’ ya?)

Kalau boleh jujur, RE 5 tidak banyak melakukan inovasi. Bisa dibilang ia adalah RE 4 yang bersetting di Afrika, memiliki pasangan Sheva, dan hadir dengan grafis yang lebih mumpuni. While that’s not bad since Resident Evil 4 is a great game, it still is a bit of a letdown. Yang paling mengecewakan dari gameplaynya adalah bagaimana ia ‘memaksa’ kita untuk berdiri di tempat sambil membidik musuh. Capcom berdalih ini demi menambah intens permainan tetapi saya kok tidak percaya.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar